Kemudian, bintang itu jatuh.
tiba waktunya,
setelah hanya mampu melihatnya dari jauh,
bintang itu mendarat di tempat dimana aku mampu menyentuhnya
aku berlari, lari, tanpa henti
tanpa ada yang melihat
tanpa ada yang mengetahui
kemana aku berlari
kemana hati ini terhenti
bintang itu,
terlihat begitu lelah,
terlihat beban berat yang ia tanggung selama ini,
sendiri,
bukan karena dirinya tidak mampu membagi beban itu ke yang lain
tapi orang lain yang tak mampu menerima beban itu
bukannya cuma hatinya yang terluka
beban itu menimbulkan luka di tangannya,
bukan karena orang lain,
bukan karena ia tidak mampu menerima beban itu
tapi karena dirinya sendiri tidak mampu melepaskan sakitnya
sakit dari beban yang ia tanggung.
ia menyakiti dirinya sendiri
supaya beban itu dapat keluar
aku mampu merasakan sakitnya
sakit yang ia dapat dari luka itu,
sakit yang hanya mampu aku lihat,
tidak temannya, tidak pujaannya
"hai" kataku padanya.
kata yang akhirnya ia dengar
kata yang mampu aku keluarkan pertama kali
bintang itu kaget,
ia tidak menyangka ada yang melihatnya saat ini,
"aku melihatmu sekian waktu," batinku saat itu.
pertemuan pertama itu berlangsung cepat
perkenalan yang bukan pada saat yang indah
perkenalan yang malah terjadi pada saat bencana,
pertemuan pertama itu bukanlah bencana
tapi rencana yang dipersiapkan selama waktu yang lama.
sangat terlihat dari perbincangan yang kita lakukan
sakit yang ia rasakan sendiri.
tanpa direncanakan, mulutku berkata
"aku mampu menerima beban yang kamu punya,
seandainya aku tidak mampu, biarkan luka itu milikku,
jangan jadi milikmu lagi"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar